Mahasiswa Unimal Raih Top 20 Nasional Dalam Ajang LKTI Youth Impact 2025 lewat Inovasi Bioplastik dari Kulit Singkong

Hasil tangkapan layar daftar top 20 Nasional dalam ajang LKTI Youth Impact 2025 yang diselenggarakan oleh ECOTON (Dok. Ist) 


Lhokseumawe — Gagasan sederhana yang lahir dari tumpukan kulit singkong membawa tim mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal) Provinsi Aceh menembus tingkat nasional. Melalui penelitian bertajuk “CASSA: Cassava Peel Smart Solution for Anti-Plastic”, mereka berhasil meraih peringkat ke-18 dari 432 tim peserta dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Youth Impact 2025.

‎Capaian tersebut menempatkan Unimal di jajaran 20 besar kampus inovatif nasional, membuktikan bahwa solusi lingkungan berkelanjutan dapat berangkat dari riset lokal berbasis bahan alami.

‎“Dari kulit singkong, kami belajar bahwa solusi besar tidak selalu lahir dari laboratorium besar, tetapi bisa saja berasal dari limbah sederhana yang ada di dapur masyarakat,” ujar Nurmaidah. 

‎Inovasi dari Limbah yang Terlupakan

‎Tim peneliti yang terdiri dari Romi Asmara, Nurmaidah Saragih, Yasmin Suci Mauliza, dan Husna Azzahra itu berangkat dari kegelisahan terhadap krisis plastik yang kian mengkhawatirkan. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbunan sampah nasional mencapai 33,4 juta ton pada tahun 2023, dengan 18,4 persen di antaranya berupa plastik sekali pakai.

‎Sebagian besar plastik tersebut berakhir di laut, sungai, dan tempat pembuangan akhir, menghasilkan mikroplastik yang kini ditemukan dalam air minum, garam, bahkan tubuh manusia. Dari persoalan itulah, tim mahasiswa Unimal melihat peluang untuk mengubah limbah kulit singkong menjadi bahan bioplastik ramah lingkungan.

‎Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, Indonesia memproduksi sekitar 18,17 juta ton singkong per tahun, dengan 15–20 persen berupa limbah kulit. Limbah tersebut diolah tim Unimal melalui proses hidrolisis dan gelatinisasi menjadi biofoam atau bioplastik yang dapat terurai dalam waktu 60–120 hari, jauh lebih cepat dibanding plastik konvensional yang membutuhkan ratusan tahun.

‎Program ini dinilai sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 mengenai peta jalan pengurangan sampah plastik oleh produsen.

‎Uji Laboratorium dan Keunggulan Produk

‎Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa bioplastik dari kulit singkong memiliki densitas 0,28 gram per sentimeter kubik dan kekuatan tarik sebesar 1,5 megapascal (MPa). Kedua nilai tersebut sebanding dengan bioplastik berbasis pati komersial.

‎Dalam uji biodegradasi, 65 persen material terurai dalam waktu 30 hari di tanah lembap tanpa meninggalkan residu mikroplastik. Dengan hasil tersebut, tim peneliti yakin bahwa bioplastik CASSA dapat menjadi alternatif realistis bagi kemasan berbahan plastik di masa depan.

‎Selain keunggulan teknis, tim juga menyoroti aspek sosialnya. Kulit singkong yang sebelumnya tidak bernilai kini menjadi sumber ekonomi baru bagi petani dan pelaku usaha mikro. Dengan relatif harga yang bersaing, hal ini diharapkan mampu menjaring UMKM untuk mengganti kemasan plastik konvensional dengan biofoam dari serat kulit singkong. 

‎Menembus Panggung Nasional

‎Dalam ajang Youth Impact 2025, tim Unimal bersaing dengan ratusan peserta dari berbagai universitas di Indonesia. Penilaian meliputi orisinalitas ide, validitas ilmiah, serta dampak sosial dan ekonomi.

‎Gagasan CASSA menarik perhatian dewan juri karena dinilai menghadirkan solusi konkret terhadap masalah nasional dengan pendekatan sains yang membumi. Juri menilai, proyek ini berhasil memadukan antara teknologi tepat guna, pemberdayaan masyarakat, dan ekonomi hijau.

‎Dengan capaian peringkat 18 besar dari 432 tim, Unimal menjadi salah dua dari perguruan tinggi asal Aceh yang menembus Top 20 Nasional pada tahun ini.

‎"Alhamdulillah, kami sangat bersyukur atas hasil yang telah kami capai dalam LKTI YOUTH IMPACT 2025. Berhasil meraih posisi 18 dari 432 tim dan mendapatkan penghargaan sebagai Top 20 merupakan suatu kehormatan bagi kami. Kami percaya bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari kerja keras dan dedikasi tim dan dukungan serta bantuan dari Dosen Pendamping juga. Kami berharap penelitian ini dapat terus dikembangkan dan membuat perubahan positif dalam masyarakat." Ujar Nurmaidah. 

‎Mendorong Riset yang Relevan

‎CASSA menjadi contoh bagaimana riset kampus dapat menjawab persoalan lingkungan sekaligus menciptakan peluang ekonomi. Menurut pihak kampus, pencapaian ini juga menunjukkan pentingnya riset interdisipliner yang melibatkan mahasiswa lintas fakultas.

‎Pendekatan CASSA menggabungkan ilmu hukum lingkungan, ekonomi, dan sains material, menjadikannya model pembelajaran terapan yang sesuai dengan arah kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam mendorong inovasi berbasis masyarakat.

‎Langkah Menuju Komersialisasi

‎Meski telah menorehkan prestasi nasional, tim CASSA mengakui masih ada tantangan teknis dan produksi yang perlu disempurnakan. Daya tahan terhadap air dan biaya produksi masih perlu ditingkatkan agar bioplastik dapat bersaing dengan plastik konvensional di pasaran.

‎Selain itu, penelitian lanjutan akan difokuskan pada penggabungan bahan alami lain seperti serat pisang dan kitosan dari cangkang udang untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan bioplastik.

‎Dari Aceh untuk Indonesia

‎Keberhasilan tim Unimal di Youth Impact 2025 menjadi momentum penting bagi kebangkitan riset mahasiswa di luar pusat-pusat akademik besar. Dari Aceh, mereka menunjukkan bahwa inovasi tidak selalu memerlukan sumber daya besar, melainkan tekad dan kolaborasi yang kuat.

‎“Setiap lembar kulit singkong yang kami olah adalah simbol perlawanan terhadap krisis plastik,” ucap salah satu peneliti ketika dihubungi. 

‎Inovasi CASSA kini menjadi bukti bahwa masa depan ekonomi hijau Indonesia dapat dibangun dari bahan-bahan sederhana yang ada di sekitar, dengan ini juga menegaskan bahwa perubahan besar seringkali berawal dari tempat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama